Prof Ansari : Konflik Iran Israel Tidak Terkait Dengan Agama

Jurnaltransparansi. Medan| Konflik yang terjadi di wilayah timur tengah antara Iran dan Israel hingga kini masih terus terjadi. Perang antar kedua negara ini telah berlangsung lebih dua bulan, dan sampai saat ini, belum ada menunjukan tanda-tanda perang ini segera berakhir.

Berbagai artileri dan dentuman ledakan yang bersumber dari rudal-rudal dengan hulu ledak tinggi, sudah banyak menghancurkan berbagai infrastruktur bangunan yang ada, hingga ribuan masyarakat sipil kehilangan tempat tinggal, kehilangan nyawa masyarakat dari kedua negara yang terlibat langsung akibat perang, maupun masyarakat bangsa lain yang posisinya berada di zona perang antar kedua negara ini.

Konflik perang kedua negara ini, menurut pengamat sosiologi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) Prof Dr Ansari Yamamah, dikatakan, bahwa motif konflik perang kedua negara tidak dilatarbelakangi konflik agama, namun lebih cenderung bersifat politik, kemanusiaan serta unjuk kekuatan militer kedua negara ini.

“Perang ini sesungguhnya memberi kita sebuah gambaran, bahwa dunia ini sedang tidak baik-baik saja. Dan kita tahu bangsa Israel dan kelompok Yahudi lainnya punya harapan keinginan agar dunia ini berjalan baik, hubungan sosial, ekonomi dan budaya, namun semua ini menjadi rusak, disebabkan arogansi kelompok zionis Israel yang sangat berambisi ingin menguasai wilayah-wilayah yang berbatasan langsung dengan Israel untuk mereka kuasai, dengan alasan keamanan, kelompok zionis tidak segan menggunakan kekuatan militernya guna menguasai wilayah pendudukannya untuk masuk dalam wilayah teritorial zionis Israel,”ujar Prof Ansari kepada media, Jum’at (1/8).

Menurut Guru Besar UIN SU, negara Iran sebagai negara yang berdaulat secara konstitusional, merasakan adanya gangguan dari kelompok zionis ini, dengan mengatakan bahwa Teheran membiayai kelompok ekstrimis di perbatasan dengan Israel, untuk melawan rezim zionis dengan berbagai tuduhan diantaranya isu terorisme dan sebagainya.

“Tentu Iran sebagai bangsa yang berdaulat, tidak mau negerinya di ganggu, bahkan dengan kekuatan militer, akhirnya muncul perlawanan dari Iran sebagai jawaban atas kesombongan zionis Israel kepada Iran. Intinya perang atau konflik antara Iran dan Israel lebih pada adanya gangguan keamanan yang dilancarkan kelompok zionis dibawah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan atas kesombongan itulah, akhirnya Pemimpin tertinggi Iran Ali Khamaini menyerukan perang melawan rezim zionis dan jadi perang ini bukan dilatarbelakangi konflik agama, sebab agama manapun melarang pertumpahan darah yang mengorbankan warga sipil tidak berdosa dan ini juga sekaligus sebagai jawaban Teheran atas kesombongan rezim zionis, dengan hancurnya salah satu Kota terpenting di Israel Tel Aviv lumpuh total,”ucap founder Islam transitif ini.

Untuk itu, tokoh Intelektual muslim Sumatera Utara ini berharap, agar kedua pihak untuk bisa menahan diri dan seterusnya menghentikan perang yang hanya merusak sendi-sendi kehidupan sosial, ekonomi dan budaya.

“Dunia berharap konflik politik yang menjadi pemicu perang ini, agar dihentikan, sebab rakyat sipil tidak berdosa menjadi korban perang, karena konflik elit politik ini, dan kita serukan sekaligus kita harapkan tokoh-tokoh agama dunia agar segera menyerukan setidaknya perang ini diakhiri atas dasar pertimbangan kemanusiaan,”tambah Datuk Pandya Wangsa ini.

Dibagian akhir, Prof Ansari mengingatkan, bahwa konflik Iran dan Israel bukanlah perang agama, melainkan semata perang melawan arogansi dan kesombongan atas nama kekuasaan kelompok zionis terhadap bangsa yang berdaulat, nilai-nilai kemanusiaan dan didorong kepentingan ekonomi politik. (AS)