JurnalTransparansi.com – MEDAN, Di tengah hiruk-pikuk Kota Medan, sekelompok pemuda di Lingkungan VI, Kelurahan Beringin, Kecamatan Medan Selayang, menunjukkan bahwa cita-cita besar bisa tumbuh dari gang kecil yang penuh warna. Berkat semangat juang dan kepedulian terhadap lingkungan serta masa depan generasi muda, kawasan ini kini dikenal dengan sebutan Kampung Pelangi.
Berawal dari keprihatinan terhadap kebersihan lingkungan dan kurangnya ruang edukatif untuk anak-anak muda, Dinda Sonya Dwi Fatmah Lubis (26), seorang tokoh pemuda setempat, bersama rekannya, Dendi Andrian Ginting (30), mulai menggagas perubahan nyata. “Kami ingin lingkungan ini jadi teladan. Tempat di mana anak-anak bisa tumbuh sehat, kreatif, dan cinta alam,” ujar Dinda saat diwawancarai di Jalan Saudara, jantung Kampung Pelangi.
Gagasan mereka tidak hanya berhenti pada ajakan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Mereka juga menginisiasi pembangunan ruang UMKM ramah pemuda: sebuah area santai di mana anak-anak muda bisa berkumpul, berdiskusi, hingga mengembangkan bisnis kecil mereka. “Anak muda jangan hanya duduk-duduk. Kita butuh ruang untuk berekspresi dan berkontribusi. UMKM adalah salah satu jalan untuk membangun ekonomi kreatif dari bawah,” tambah Dendi.
Meski baru berkembang dalam skala kecil, hasilnya sudah terlihat nyata. Lingkungan ini kini bersih, asri, dan penuh warna. Taman bunga ditanam di sepanjang gang, mural ceria menghiasi dinding rumah warga, dan kesadaran akan pentingnya kebersihan makin mengakar. Tak heran jika banyak warga sekitar mulai ikut ambil bagian.
Program ini juga menyasar aspek pendidikan. Selain kampanye lingkungan, mereka menggagas diskusi terbuka, pelatihan keterampilan, hingga bimbingan belajar untuk anak-anak yang kurang mampu. Semua dilakukan secara swadaya dan berbasis komunitas.
“Kami percaya, perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Kampung Pelangi bukan sekadar warna-warni dinding, tapi representasi semangat kami sebagai anak bangsa,” tegas Dinda penuh keyakinan.
Inisiatif ini kini menjadi inspirasi bagi daerah lain. Dengan semangat gotong royong dan cita-cita yang tak padam, Dinda dan Dendi membuktikan bahwa harapan tak pernah kehilangan tempat—selama ada yang mau mewarnainya. (D.A.K)